Gubernur Sulsel diwakili Asisten III Bidang Kesejahtraan Rakyat, A.Yaksan Hamzah saat membuka Workshop

Pengetahuan tentang HIV-AIDS dan Napza (yang lebih dikenal dengan nama Narkoba) akan segera menjadi salah satu pilihan mata pelajaran Muatan Lokal pada Kurikulum (KTSP) di sekolah dan akan diajarkan pada semua tingkatan mulai SD, SMP, sampai ke SMA. Rancangan Kurikulum Muatan Lokal baru tersebut telah dibuat bersama pada sebuah workshop yang difasilitasi oleh  Biro Bina Napsa, HIV dan AIDS Sekretariat Daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang diselenggarakan  belum lama ini (6-7 September) di Hotel Losari  Metro Makassar dengan melibatkan perwakilan Kepala Sekolah/guru SD, SMP dan SMA/SMK semua kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan.

Gubernur Sulawesi Selatan yang diwakili Asisten III Bidang Kesejahtraan Rakyat, A.Yaksan Hamzah dalam sambutan membuka workshop tersebut mengatakan, maraknya penyalahgunaan napza (narkoba) saat ini membuat pemerintah, tokoh masyarakat dan para orang tua perlu untuk segera menggalang kerjasama yang efektif, efisien dan berkelanjutan dengan para guru dan pimpinan sekolah. Karena sekolahpun saat ini sudah mulai “dibobol” oleh pengedar dan pengguna narkoba.

Kasus anak sekolah yang mulai terlibat pengguna dan pengedar narkoba saat ini di Sulawesi Selatan mulai menunjukkan kecendrungan meningkat. Sementara itu bahaya HIV dan AIDS, berdasarkan data tertinggi di kalangan remaja ditularkan oleh pemakai narkoba melalui penggunaan jarum suntik berganti-ganti.

Jika pihak sekolah dan guru tidak segera mengambil langkah yang tepat, cepat, dan efektif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba, HIV dan AIDS, maka dapat dipastikan virus HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba ini akan mewabah di sekolah-sekolah dan dampaknya adalah anak-anak sekolah sekolah yang diharap tumbuh menjadi manusia cerdas untuk mengubah masa depan, justru akan kehilangan masa depan.

Karena itu, kata Gubernur, dalam menanggulangi penyebaran HIV, AIDS, dan Napza yang saat ini sudah memasuki semua daerah memerlukan kerjasama dengan semua pihak, termasuk pihak penyelenggara pendidikan. Ia mengharapkan penyelenggara pendidikan dalam hal ini Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan guru ikut ambil bagian dalam kampanye pencegahan dan penanggulangan bahaya HIV-AIDS dan Napza yang mulai menyusupi wilayah pendidikan dengan sasaran anak-anak didik kita.

Pelaksanaan workshop Penyusunan Rancangan Kurikulum Muatan Lokal HIV-AIDS dan Npza ini adalah salah satu rekomendasi Training of Trainer yang diselenggarakan oleh Biro Bina Napza, HIV dan AIDS Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan yang diadakan sebelumnya (9-11/8).

Kabag Pencegahan dan Penanggulangan Biro Bina Napza dan HIV-AIDS menjelaskan tujuan diselenggarakannya workshop penyusunan rancangan kurikulum muatan local HIV-AIDS dan Napza tersebut tidak lain untuk melakukan upaya pencegahan secara dini melalui pengetahuan yang yang disampaikan kepada siswa sehingga siswa tidak gampang terlibat pada kasus-kasus penyalahgunaan narkoba dan penyebaran virus HIV-AIDS yang terkenal mematikan dan belum ada obatnya itu. Ia mengharapkan dengan pelaksanaan workshop tersebut dapat tersusun sebuah draf awal Silabus Muatan Lokal HIV-AIDS dan Napza untuk tingkat SD, SMP dan SMA, draf awal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Muatan Lokal HIV-AIDS dan Napza, serta lahirnya sebuah rekomendasi untuk materi HIV-AIDS dan Napza menjadi Kurikuluk Muatan Lokal yang segera dilaksanakan di sekolah-sekolah.

Kendati para peserta yang terdiri dari Kepala SD, SMP, SMA/SMK dan peserta khusus sejumlah 82 orang yang merupakan utusan Dinas Pendidikan dari berbagai daerah ini telah menyepakati pembuatan rancangan silabus dan RPP mata pelajaran Mulok baru ini, namun dalam diskusi yang berlangsung di hari pertama muncul pendapat pro-kontra. Sebagian peserta berpendapat belum waktunya HIV-AIDS dan Napza menjadi Mulok karena akan menimbulkan dampak lain seperti penyediaan guru, referensi, dan buku-buku teks khusus.  Kelompok ini merekomendasikan untuk dilaksanakan secara terintegrasi saja kepada mata pelajaran yang relevan seperti  PKn, Pendidikan Agama, dan Olahraga Kesehatan. Sebagian lagi menilai bahwa pemahaman terdadap HIV-AIDS dan Napza memang sudah sangat penting diketahui oleh siswa. Karena itu HIV-AIDS dan Napza sudah sangat tepat kalau dijadikan mata pelajaran Mulok, mengingat apa yang disebut program terintegrasi biasanya hasilnya tidak jelas dan mengambang.  Hal itu bisa dilihat pada program–program terintegrasi yang ditanam ke mata pelajaran lainnya, biasanya dilaksanakan dengan setengah hati, lalu ditinggalkan sama sekali oleh guru. Dan yang tak kalah menarik adalah pertanyaan bahwa apakah mata pelajaran Mulok baru HIV-AIDS dan Napza ini nantinya akan “direstui” oleh pihak yang berkompeten dalam hal ini LPMP dan Tim Sertifikasi guru sebagai mata pelajaran yang relevan yang mengantar gurunya untuk mendapat sertifikasi  sehingga guru yang mengajarkannya tidak dirugikan ?

Workshop yang sangat menarik ini dipandu oleh pasilitator dan narasumber Gubernur Sulawesi Selatan (yang diwakili Asisten III), Kepala Biro Bina Napza dan HIV-AIDS, KEPALA Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi selatan, Staf Ahli Gub. Bidang Politik dan Hukum Drs. H.A. Fashar Padjalangi, M.Si, Dr.dr. Dwi Djoko Purnomo, MPH (Praktisi), Muhammad Nurrahim, SH, Drs. Baharuddin Solongi, M.Si, Mansyur Eppe, S.Pd, M.Pd. dan Tim Fasilitator . (Badar)

Satu tanggapan untuk “HIV-AIDS dan Napza Bakal Masuk Kurikulum Muatal Lokal SD, SMP dan SMA Sulsel

Tinggalkan komentar